0

Saya sudah tidak merasakan apapun terhadap segala hal toxic di keluarga saya. Bisa dibilang, saya sudah berhasil melepaskan diri saya dari pengaruh toxic keluarga saya, fokus pada kehidupan dan kebahagiaan saya, dan merasa baik-baik saja sekarang.

Saya memiliki dua kakak laki-laki yang sangat toxic. Entah berapa kali mereka membawa masalah ke keluarga kami, memaksa kedua orang tua saya bertanggung jawab atas kesalahan mereka, dan kembali membuat kesalahan yang lainnya. Jika diingat-ingat, keluarga saya menjadi toxic sejak kedua kakak saya beranjak remaja, mereka terjebak dalam lingkungan pertemanan yang tidak baik, dan banyak masalah yang terus terjadi hingga sekarang ini.

Sebagai adik perempuan, saya tidak berani melakukan apapun terhadap kedua kakak saya, bahkan sekedar menegur saja saya tidak berani walaupun saya tau benar apa yang dilakukan kakak saya dan akibatnya. Saya selalu berpura-pura tidak peduli, meskipun sebenarnya saya merasa sangat kecewa terhadap segala tindakan mereka.

Dulu hampir setiap malam saya mendengar ibu saya menangis. Saya juga pernah mendengar keluhan ibu saya yang sudah tidak sanggup menahan rasa sedih, kecewa, dan malu terhadap kakak saya. Hingga sempat terpikirkan olehnya untuk pergi dari rumah meninggalkan saya. Dan yang terburuk adalah saya pernah mendengar ibu saya menangis frustasi meminta kakak saya untuk membunuhnya saja.

Begitulah saya melaweti waktu remaja dengan hati saya hancur berkali-kali. Dan hal tersebut berlangsung bertahun-tahun lamanya. Saya tumbuh bersama rasa sakit hati yang disebabkan kedua kakak saya. Semua hal terjadi di keluarga ini berpengaruh besar juga terhadap kondisi mental dan alam bawah sadar saya.

Sampai saya sadar bahwa saya memiliki pilihan untuk memisahkan hidup saya dengan kehidupan kakak saya. Saya memutuskan untuk fokus berjalan di jalan kehidupan saya sendiri. Selama bertahun-tahun saya belajar untuk tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif dan toxic di sekitar saya. Saya belajar untuk menguatkan hati saya. Saya tidak lagi peduli dan tidak memikirkan kakak saya. Saya bersikap baik kepada mereka hanya karena saya menganggap mereka sama seperti manusia lainnya. Saya tetap berusaha agar terlihat akrab dengan mereka untuk menjaga perasaan orang tua saya. Saya membersihkan hati saya dari segala rasa kecewa dan kesedihan yang diberikan mereka. Hingga sekarang, saya berhasil hidup dengan hati yang baik-baik saja.

Begitulah rasanya besar di lingkungan keluarga yang toxic. Ada banyak rasa sakit. Tapi saya tetap bisa bahagia.

Soffy Balgies, M.Psi., Psikolog Answered question 26 January 2024
Add a Comment